Minggu, 17 Juli 2011

*Renungan Untuk Para Kaum Wanita*

Semoga kisah ini bisa diambil manfaatnya oleh saudari-saudari muslimahku:
Sore itu aku menunggu kedatangan temanku yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar. Seorang akhwat datang, tersenyum, dan duduk di sampingku, lalu mengucapkan salam.
Setelah berkenalan dan ngobrol, ia lalu mengajukan sebuah pertanyaan, “Anti (kamu) sudah menikah?”.
“Belum mbak”, jawabku.
Kemudian akhwat itu bertanya lagi, “Kenapa?”
Aku hanya bisa menjawab dengan senyuman. Ingin kujawab karena masih kuliah, tapi rasanya itu bukan alasan.
“Mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya.
“Nunggu suami,” jawabnya.
Aku melihat ke samping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya-tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya, “Mbak kerja di mana?”
Entahlah apa yang meyakinkanku bahwa mbak ini seorang pekerja, padahal setahuku, akhwat-akhwat seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.
“Alhamdulillah, 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi,” jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.
“Kenapa?” tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum dan menjawab, “Karena inilah satu cara yang bisa membuat saya lebih hormat kepada suami,” jawabnya tegas.
Aku berfikir sejenak. Apa hubungannya? Heran.
Lagi-lagi dia hanya tersenyum, lalu bercerita panjang lebar,
"Ukhti, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah akan didatangi oleh ikhwan yang sangat mencintai akhirat.
Saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya tujuh juta per bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari, es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarin untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya.
Waktu itu jam 7 malam, suami baru menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Saya capek sekali Ukhti. Saat itu juga suami masuk angin dan kepalanya pusing. Dan parahnya saya juga lagi pusing . Suami minta diambilkan air minum, tapi saya malah berkata: 'Abi, Umi pusing nih, ambil sendirilah.'
Pusing membuat saya tertidur hingga lupa shalat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat shalat. Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalau bukan suami saya. Terlihat lagi semua baju kotor telah dicuci.
Astaghfirullah, kenapa Abi mengerjakan semua ini? Bukankah Abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap Abi sadar dan mau menjelaskannya, tapi rasanya Abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga.
Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu. Ya Allah panas sekali pipinya, keningnya. Masya Allah, abi demam, tinggi sekali panasnya. Saya teringat atas perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air minum saja saya membantahnya. Air mata ini menetes, betapa selama ini saya terlalu sibuk di luar rumah, tidak memperhatikan hak suami saya.”
Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yang diusapnya.
“Anti tahu berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700 ribu per bulan. Hanya sepersepuluh dari gaji saya. Dan malam itu saya benar-benar merasa durhaka pada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya. Dan setiap kali memberikan hasil jualannya, ia selalu berkata, 'Umi, ini ada titipan rezeki dari Allah. Diambil ya buat keperluan kita. Tidak banyak jumlahnya, mudah-mudahan Umi ridha.'
Kenapa baru sekarang saya merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong pada nafkah yang diberikan suami saya”, lanjutnya
"Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu begitu susah menjaga harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya, dan gampang menyepelekan suami,” lanjutnya lagi tanpa memberikan kesempatan bagiku untuk bicara.
“Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua dan saudara-saudara saya tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Malah mereka membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan orang lain.”
Aku masih terdiam membisu mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan?
“Kak, kita itu harus memikirkan masa depan. Kita kerja juga untuk anak-anak kita Kak. Biaya hidup sekarang ini besar. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalau suami Kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah. Salah Kakak juga sih, kalau mau jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak Bapak, cuma suami Kakak yang tidak punya penghasilan tetap. Dan yang paling membuat kami kesal, sepertinya suami Kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawari kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau. Sampai heran aku, apa maunya suami Kakak itu,” katanya lagi menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.
“Anti tahu, saya hanya bisa nangis saat itu. Saya menangis bukan karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya dipandang rendah olehnya. Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud di malam hari. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu dia belum mempunyai pekerjaan. Bagaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah di hadapannya hanya karena sebuah pekerjaaan.
Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya. Semoga saya tak lagi membantah perintah suami. Semoga saya juga ridha atas besarnya nafkah itu. Saya bangga ukhti dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan itu.
Kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran daripada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tapi lihatlah suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya. Semoga jika anti mendapatkan suami seperti saya, anti tak perlu malu untuk menceritakan pekerjaan suami anti pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhti, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram,” ucapnya sambil tersenyum manis padaku.
Mengambil tas laptopnya, bergegas ingin meninggalkanku. Kulihat dari kejauhan seorang ikhwan dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, meninggalkanku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridha.
Ya Allah…
Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling baik dalam hidupku. Pelajaran yang membuatku menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku.
Subhanallah... Semoga pekerjaan, harta tak pernah menghalangimu untuk tidak menerima pinangan dari laki-laki yang baik agamanya.

Kamis, 16 Juni 2011

Makalah Psikologi " GEJALA – GEJALA JIWA YANG DAPAT MEMPENGARUHI KEHIDUPAN MANUSIA


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Psikologi adalah ilmu yang ingin mempelajari manusia. Manusia sebagai suatu kesatuan yang bulat antara jasmani dan rohani. Apa yang hendak di selidiki oleh psikologi ialah segala sesuatu yang dapat membarikan jawaban tentang apa sebenarnya manusia itu, mengapa ia berbuat/berlaku demikian, apa yang mendorongnya, berbuat demikian, apa maksud dan tujuannya ia berbuat demikian.
Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Jadi, dari tingkah laku itulah orang dapat mengetahui jiwa seseorang dan tingkah laku merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar. Pernyataan jiwa itu kita namakan gejala-gejala jiwa, diantaranya mengamati, menanggapi, mengingat, memikirkan, dan sebagainya. Dari itulah orang kemudia membuat defenisi : Ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Dan untuk lebih mengetahui tentang gejala-gejala jiwa apa saja yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Saya membuat makalah yang berjudul “GEJALA – GEJALA JIWA YANG DAPAT MEMPENGARUHI KEHIDUPAN MANUSIA”



BAB II
PEMBAHASAN

A.           Gejala – Gejala Jiwa Yang Dapat Mempengaruhi Kehidupan Manusia.
1.      Pengertian Ilmu Jiwa
Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari gejala – gejala jiwa manusia. Adapun pengertian psikolagi menurut beberapa para ahli, diantranya :
1.      Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa, Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
2.      Menurut Plato dan Aristoteles, Psikologi  ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
3.      menurut Clifford T. Morga, Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.[2]
2.      Gejala – gejala yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
1.      Pengamatan
Pengamatan ialah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera. Kita mengamati sesuatu dengan menggunakan alat – alat indera kita. Yaitu :
·        Indera Penglihat
·        Indera Pendengar
·        Indera Pembau
·        Indera Perasa atau Pengecapan
·        Indera Peraba
·        Indera Keseimbangan
·        Indera Perasa urat daging (Kinestesi)
·        Indera Perasa Jasmaniah (Oragnis)
Syarat -  syarat terjadinya pengamatan ialah :
1.            Ada perhatian kita kepada perangsang itu.
2.            Ada perangsang yang mengenai alat indera kita.
3.            Urat Syaraf sensoris harus dapat meneruskan perangsang itu ke otak. dan
4.            Kita dapat menyadari perangsang itu.
2.      Tanggapan
Secara garis besar dan bersifat umum. Tanggapan ialah gambaran pengamatan yang tinggal di kesadaran kita sesudah  mengamati. Menurut prosesnya. Tanggapan berlainan dengan pengamatan.
·        Perbedaan antara keduanya :
1.            Pengamatan masih memerlukan perangsang, sedang tanggapan tidak lagi.
2.            Pengamatan memerlukan tempat dan waktu tertentu, sedang tanggapan tidak lagi.
3.            Pengamatan lebih jelas dari pada tanggapan.
·        Persamaan antara keduanya
Keduanya berlangsung selama masih ada perhatian dan bersifat perseorangan.
1.      Tidak semua orang mengalami perbedaan antara pengamatan dan tanggapan semacam itu. ( Ada orang yang mempunyai tanggapan sama jelasnya dengan pengamatannya ). Orang semacam itu disebut, orang eidetis Gejalanya di sebut gejala eidetik.
Gejala ini sering terdapat pada :
a.              wanita
b.              anak – anak, dan
c.              seniman – seniman.
Menurut Helbart, tanggapan – tanggapan yang sudah berada didalam kesadaran kita, kita sebut bahan apersepsi. Proses penerimaan bahan baru dengan pertolongan tanggapan – tanggapan lama, yang berlangsung lama, yang berlangsung secara mekanis, kita sebut apersepsi.
3.      Ingatan
Daya jiwa kita ialah ingatan. Ingatan ialah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksi kembali  pengertian – pengertian atau tanggapan – tanggapan kita.
Ingatan ini dipengaruhi oleh :
1.            sifat perseorangan
2.            keadaan diluar jiwa kita (alam sekitar, keadaan jasmani, dan sebagainya)
3.            keadaan jiwa kita. (kemauan, perasaan dan sebagainya)
4.            umur kita.
Gangguan – gangguan ingatan ini banyak sekali. Dapat kita iktisarkan sebagai berikut :
  1. Lupa, Lupa ialah peristiwa tidak dapat mereproduksikan tanggapan – tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat. Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal – hal yang pernah diketahui, tidak dapat di ingat kembali atau dilupakan.[8]
  2. Amnesia ialah peristiwa tidak dapat mereproduksi tanggapan – tanggapan kita, karena ingatan kita tidak sehat. Misalnya karena geger otak. Pembagian Amnesia diantaranya :
a.                Paramnesi, ialah amnesia yang tidak begitu jauh dari ingatannya. Apa yang masih berada di samping ingatan kita masih dapat kita ingat.
b.                Autrogade, amnesia yang juga hal – hal yang sesudah terjadinya peristiwa itu terlupakan.
c.                Retrograde, amnesia yang juga hal – hal yang mundur. Artinya ia bukan hanya lupa kepada apa yang baru terjadi, tetapi juga hal – hal yang jauh sebelum peristiwa itu terjadi, terlupakan juga.
  1. Deya Vu ialah suatu peristiwa seakan-akan sudah pernah kenal sesuatu yang sebenarnya belum. (pengenalan tipuan).
  2. Jamais Vu ialah peristiwa seakan-akan belum pernah kenal kepada sesuatu yang sebenarnya suda. (lupa tipuan).
  3. Depersonalis ialah suatu peristiwa, seseorang tidak mengenal dirinya sendiri. Misalnya : seseorang berbuat sesuatu. Waktu ia ditegur, ia tidak dapat mengakui bahwa itu perbuatannya. Dan dikatakan bahwa itu perbuatan orang lain.
  4. Derealis ialah sesuatu peristiwa seseorang merasa asing didalam alamnya yang real, yang sebenarnya. Misalnya : orang yang sedang naik kapal sungguh, ia merasa itu hanya permainan saja. Lalu ia terjun ke laut, dan sebanarnya. Ada kemungkinan orang ini meninggal karena perbuatannya itu.
4.      Fantasi
Fantasi ialah suatu daya jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru. Jadi, dengan fantasi ini manusia dapat membentuk sesuatu yang sebelum ini belum ada, sehingga sesuatu yang baru itu merupakan suatu kreasi, meski dengan jalan bagai manapun juga.
5.      Berpikir
Berpikir ialah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan – hubungan antara ketahuan – ketahuan kita. Berpikir ialah suatu proses dialektis. Artinya, selama kita berpikir, fikira kita, kita mengadakan tanya jawab dengan fikiran kita, untuk dapat meletakkan hubungan – hubungan antara ketahuan kita itu. Dengan tepat. Pernyataan itulah yang memberi arah kepada fikiran kita.
Macam – macam kegiatan berfikir dapat kita golongkan sebagai berikut :
1.               Berpikir asosiatif. Yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak di tentukan atau di arahkan sebelumnya, jadi ide – ide timbul secara bebas.
2.               Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah di tentukan sebelumnya dan di arahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan.

6.      Inteligensi
Menurut W. Stern, inteligensi ialah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru. Menurut V. Hees, inteligensi ialah sifat kecerdasan jiwa. Menurut arah atau hasilnya, inteligensi ada dua macam, ialah :
1.                Inteligensi praktis, iaah inteligensi untuk dapat mengatasi suatu situasi yang sult dalam sesuatu kerja. Yang berlangsung secara cepat dan tepat.
2.                Inteligensi teoris, ialah inteligensi untuk dapat mendapat suatu fikiran penyelesaian soal atau masaalah dengan cepat dan tepat.
Factor – factor yang dapat mempengaruhi inteligensi ialah :
1.              Pembawaan, ialah segala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak lahir, dan tidak sama pada setiap orang.
2.              Kemasakan, Ialah saat munculnya sesuatu daya jiwa kita yang kemudian berkembang dan mencapai saat puncaknya
3.              Pembentukan, ialah segala faktor luar yang mempengaruhi inteligensi di masa perkembangannya. dan
4.              Minat, ialah yang merupakan motor penggerak dari inteligensi kita.
Memang kecerdasan / inteligensi seorang memainkan peranan yang penting dalam kehidupannya. Inteligensi bukan satu – satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain.
7.      Perasaan
Prof. Hukstra, memberi difinisi sebagai berikut : Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang. Definisi lain : perasaan ialah suatu pernyataan jiwa, yang banyak bersifat sibyektif, untuk merasakan senang atau tidak senang, dan yang tidak bergantung kepada perangsang dan alat – alat indera.
Sifat – sifat perasaan, antara lain :
1.            senang dan tidak senang.
2.            kuat dan lemah
3.            lama dan tidak lama
4.            relatif. Dan
5.            tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan jiwa.

8.      Kehendak atau kemauan
Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam. Dan tampak dari luar sebagai gerak – gerik. Dalam berfungsinya kehendak ini bertautan dengan fikiran dan perasaan.
Kesulitan – kesulitan dalam kemauan ada 3, yaitu :
1.            Tugas yang diterimanya tidak tertentu dan tidak jelas.
2.            Makin sulit sesuatu tugas, makin besar pula kemauan dan tenaga yang harus diberikan untuk tugas itu.
3.            Pekerjaan yang dilakukan secara cepat dan bersama – sama menambah daya kemauan.
9.      Motivasi
Seperti yang dikatakan oleh Sertain dalam bukunya Psykology Understanding of Human Behavior : Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam organisme yang mengarahkan tingkah laku / perbuatan kesuatu tujuan atau perangsang. Apa saja yang dibuat manusia yang penting maupun yang kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Motivasi adalah “pendorongan” : suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu.[20]
B.     Gejala – gejala campuran
  1. Perhatian, ialah konsentrasi atau aktifitas jiwa kita, terhadap pengamatan, pengertian dan sebagainya dengan menyampingkan ke daripada itu.
  2. Kelelahan, ialah semacam peringatan dari jiwa kita, kepada jiwa dan raga, bahwa jiwa dan raga telah mempergunakan kekuatan yang maksimal.
  3. Saran, ialah pengaruh terhadap jiwa dan laku seseorang dengan maksud tertentu, sehingga fikiran, perasaan dan kemauan terpengaruhi olehnya, dan menuruti saja pengaruh tersebut, tanpa dengan pemikiran pertimbangan lebih dulu.
Perhatian tidak diarahkan dengan tetap. Hal – hal yang mempengaruhi ialah :
    1. Keadaan jasmani. Lelah, lapar, pingsan, dan sebagainya.
    2. Keadaan rohani. Lelah, bingung, dan sebagainya.
    3. Lingkungan. Baru atau sudah dikenal.
    4. Bakatnya .Menurut tipe – tipe perhatiannya.


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dari makalah yang telah saya bahas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Dan gejala – gejala jiwa yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia yaitu:
-                    Pengamatan
-                    Tanggapan
-                    Ingatan
-                    Fantasi
-                    Berpikir
-                    Inteligensi (kecerdasan)
-                    Perasaan
-                    Kehendak dan kemauan
-                    Motivasi
Dan terdapat juga gejala – gejala campuran, yaitu :
-                    Perhatian
-                    Kelelahan
-                    Saran


DAFTAR PUSTAKA

Drs. M. Alisuf Sabri. Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan. Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya.CET.ke-4 2006

Dr. Kartini kartono. Psikolog Umum. Bandung: CV Mandar Maju.1990

http://www.slideshare.net/guest45be8c/perhatian-tugas-pendidikan

Rabu, 18 Mei 2011

Kehidupan

Di dalam dunia ini mungkin ada satu hal yang disebut kebenaran.

Mungkin ada banyak orang yang berusaha untuk senantiasa mencari kebenaran.
Mungkin ada yang suka bertualang untuk mencari kebenaran.
Berpikir begini dan begitu.
Berpikir ini lebih baik dari yang lain...
Mencoba menelaah
Apakah ini lebih benar?

Kawan...
Aku mengaku disini
Aku bukan seorang yang pandai dan tahu banyak hal.
Aku juga bukan seorang cerdas yang bisa benar-benar paham arti kebenaran.
Aku tidak tahu banyak.
Sedikit sekali...

Aku belum benar-benar paham tentang makna sebuah kebenaran

Namun satu hal yang aku tahu
Dan aku percaya

Bahwa
Di dalam kebenaran pasti ada kasih
Di dalam kebenaran pasti ada damai sejahtera
Di dalam kebenaran pasti tak ada kecurigaan
Di dalam kebenaran pasti tak ada kebencian
Di dalam kebenaran pasti tak ada ajaran untuk merendahkan ajaran lain
Di dalam kebenaran tidak ada doktrin untuk meninggikan kebenaran itu sendiri.

Apakah kebenaran namanya kalau disitu kita malah kita curiga pada golongan lain?
Apakah kebenaran namanya kalau kita malah bersikap ekstrem dan menolak pandangan lain?
Apakah kebenaran namanya kalau aku tidak melihat buah-buah baik terpancar dari dalamnya?
Yang pasti kebenaran absolute hanya ada dari tuhan YME, karena di dunia ini kebenaran dapat di bolak-balik